komposter foto doc pribadi |
Ngompos adalah kegiatan membuat kompos. sedangkan, kompos itu sendiri adalah bahan organik (seperti daun, sisa kulit buah, sayur, sekam, jerami, kertas) yang telah mengalami dekomposisi oleh mikro organisme pengurai. Sehingga mengandung unsur hara mineral untuk (1) tanaman.
Alhamdulillah, berkat mengenal gaya hidup zero waste. Aku
pun tergerak membuat kompos (pupuk organik). Sejak 2019, baru mempraktikkan 3
jenis komposter. Metodenya hampir sama, namun yang membedakan hanya tempatnya
saja.
Ayok deh dibahas satu per satu. Semoga bisa menggerakkan mu
untuk mengompos juga ya. Aamiin. Berikut perjalanan mengomposku.
BACA JUGA : Gorengan Itu Enak? Valid No Debat?
PERTAMA. Compost bag.
Aku berterimakasih banget sama Waste4Change. Awal pertama ngompos ya pakai compost bag dari merek ini. Sebenarnya mudah menggunakan compost bag. Namun, dipertengahan membuatku marah. Kesal. Sedih. Penyebabnya karena bolong digigit tikus. Bzzz…. Alhamdulillah udah panen 1x, lalu berhenti pakai compost bag ini.
compost bag waste4change foto doc pribadi |
Mengompos dengan compost bag itu praktis. Karena tinggal cemplung cemplung aja sisa
organik. Tidak perlu dicacah atau potong kecil-kecil. Tapi, kalau mau cepat
harus dipotong ya.
- Harga relatif murah dibandingkan tong komposter. Beda harga, beda fasilitas. Hehe.
- Compost bag yang aku gunakan berukuran 80 liter. Susah diaduk karena terlalu dalam. So, menurutku sih nggak perlu diaduk. Insyaallah jadi. Begitulah kata mommy ike. Hehe.
- Muncul hewan. Yang paling aku tidak suka adalah munculnya hewan keoa. Entah beneran dia, atau mirip ya. Nggak mau lihat lama-lama & dekat.
- Setelah menonton videonya Mommy Ike. Aku pun penasaran langsung mencobanya. Langsung cemplungin semua material hijau (sisa buah, sayur, dll). kemudian atasnya material coklat (daun kering, kertas, dll). ini semua tanpa diaduk. Semoga saja jadi dengan hasil memuaskan. Aamiin.
KEDUA. Pot tanaman.
- Komposter (wadah membuat kompos) ini sama metodenya dengan compost bag. Yaitu metode aerobic, yang membutuhkan pembusukan dengan oksigen. Sebenarnya harus diaduk sih. Tapi aku tim malas mengaduk. Kadang diaduk kadang tidak. Alhamdulillah, untungnya pot tanaman ini pendek. Ngaduknya bisa menggunakan sekop.
- Pakai wadah ini karena berhenti menggunakan compost bag. Compost bag di poin pertama, harus aku simpan dulu. Berlubang digigit tikus, dan banyak semut merah.
- Untuk awalan menggunakan kompos yang belum jadi dari compost bag. Tanah liat juga diikutsertakan. Sehingga ketika aku mengaduk, jadi lengket di sekop. Namun, seneng banget menyaksikan sisa organik yang telah rapuh. Seperti biji kurma, kulit manggis, bonggol jagung.
BACA JUGA : Setor Ke Bank Sampah Atau Ecobrick?
- Pakai wadah ini terinspirasi dari akun kertabumi recycling center. Seharusnya, badan pot dilubangi. Tapi aku malas. Haha. Atasnya ditutup tampah agar aman dari hujan & hewan.
- Pot tanaman ini belinya di pasar. Pot daur ulang harganya Rp 20.000
KETIGA. Tong komposter
Alhamdulillah. Terimakasih sekali. Lagi-lagi ini dapat dari hadiah. Mereknya Rekompos dari perusahaan pengelola sampah Rekosistem. Pakai wadah ini belum ada setahun. Namun, aku sangan antusias memakainya. Penampilannya keren, bagus. Lumyan bisa kembaran sama influencer gitu. Hehe.
rekompos foto doc pribadi |
- Selama menunggu kompos di wadah lain panen. Aku memutuskan untuk menggunakan rekompos. Alhamdulillah dapat warna biru. Warna kesukaanku.
- Wadah ini menggunakan metode semi aerobic. Ada fitur keran untuk mempermudah panen kompos cair.
- Aku yang baru belajar ini, masih malas mengaduk. Sehingga kompos menjadi bau. Plis jangan ditiru ya.
- Kalau menurut petunjuk rekompos. Cairan EM4 yang sudah dicampur air+gula, dapat disemprotkan. Dapat wadah semprotnya. Bagus loh, aesthetic. Hehe. Tapi, aku mencoba langsung tuang saja. tanpa semprot. Nanti hasil komposnya gimana ya? Hehe.
- Udah lama tidak mengaduk kompos. mungkin ada 1 bulan. Alhasil, muncul tanaman baru. Ada 8 atau 9. Lumayan banyak ya?
- Pada rekompos ini, aku belum menemukan maggot, belatung, dan hewan serangga lainnya. Padahal sudah berjalan sekitar 3 bulan. Hal ini membuatku resah, galau, bingung. Pasalnya hewan-hewan tersebut yang berperan aktif menguraikan sisa organik. Lah ini malah tidak kelihatan. Hem …..
KEEMPAT. Pakai compost bag (lagi)
Wadah ini aku beli online di tokopedia. Alhamdulillah, bisa dikemas menggunakan kardus. Tanpa bubble wrap. Meskipun, ada sedikit isolasi. Tidak masalah. Harganya Rp 42.000
komposter |
- Bulan Juli 2021, baru aja beli compost bag di Tokopedia. Easy grow namanya. Alhamdulillah bisa dikemas pakai kardus. Minim plastik. Hehe.
- Pada compost bag ini, aku akan memperlakukannya dengan lebih baik. Tidak pakai tanah. Untuk unsur coklat pakai kardus dan daun kering. Just it. Karena di rumah banyak daun kering.
- Paling bawah unsur coklat, atasnya hijau, atasnya lagi coklat. Dan seterusnya berlapis-lapis sampai compost bag penuh.
- Aku mengusahakan tidak memasukkan sisa organik yang berminyak. Guna menghindari hewan itu. Yang tidak ku sukai. Termasuk daun salam, daun jeruk, dll, yang bekas olahan masakan.
Sebenarnya aku ingin sekali me-review satu per satu jenis
komposter di atas. Semoga di lain waktu bisa ya. Mulai dari awal sampai panen
kompos. aamiin. Ingin juga bisa menjual kompos ini.
Dari kegiatan mengompos aku belajar bahwa semua yang Allah
ciptakan tidak ada yang sia-sia. Termasuk hewan yang tidak disukai. Justru dia
bermanfaat untuk lingkungan. Masyaallah. Semoga seiring waktu aku tidak takut, dan
terbiasa atas kehadiran hewan tersebut. Aamiin.
Kenapa mengompos? Untuk
kebaikan diri sendiri dan lingkungan. Diniatkan sebagai ibadah, insyaallah berpahala.
Terimakasih telah membaca
Semoga bermanfaat ^^
*tulisan ini diikutsertakan dalam games 5 kelas belajar zero waste 2021