Zero Waste: Gaya Hidup Minim Sampah, Kenapa Peduli Sampah?
Juli 04, 2020
Zero waste, dalam bahasa Indonesia adalah nol sampah. Baru-baru ini,
gerakan zero waste popular di Indonesia. Gaya hidup peduli lingkungan
khususnya masalah sampah. Gaya hidup ini asalnya berasal dari USA,
sekitar tahun 1998-2002. Trend ini pun cepat menyebar luas, apalagi
dengan kecanggihan internet. Masyarakat pun bisa dengan mudah
mendapatkan informasi seputar zero waste ini.
Berfokus pada isu lingkungan khususnya sampah yang ada di sekitar kita. Aksi yang dilakukan pun beragam mulai dari yang paling populer di Indonesia adalah menggunakan kantong yang bisa dipakai berulang kali, dan beralih ke sedotan stainless. Ada 3 pokok pedoman dalam menerapkan hidup minim sampah ini yaitu recyle, reuse, reduce. Recyle yang berarti mendaur ulang sampah. Sedangkan reuse adalah menggunakan kembali. Yang terakhir reduce mengurangi barang. Juga sebisa mungkin meminimalkan sampah akan berakhir di TPA.
Kenapa harus peduli sampah?
Jika tidak ditangani dengan tepat sampah akan membawa banyak masalah. Seperti banjir, longsor sampah, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan air. Buang sampah di tempatnya tidak lah cukup. Karena semakin lama TPA pun tidak bisa menampung sampah yang ada. Sebisa mungkin mari mencegah adanya sampah. Paling mudah bisa dengan menggunakan kantong yang bisa berulang kali pakai.
Setelah makan nasi bungkus atau nasi kotak, jangan lupa dibuang ya kemasannya. Plastiknya bisa dicuci, dikeringkan lalu dikasih bank sampah. Sedangkan kertas coklatnya mau diapakan ya? Repot? Padahal akan lebih repot jika mendaur ulangnya. Akan lebih repot lagi jika sampah yang menumpuk tidak dicegah. Sampah akan menumpuk, lalu berpikir, kemana kita harus membuang sampah kalau TPA nya penuh?
Hasil konsumsimu pastikan akan berakhir di mana. Misalnya tulang ayam bisa dijadikan kompos. Mengusahakan agar semua hasil sisa konsumsimu bisa bermanfaat lagi untuk bumi. Dari bumi kembali ke bumi. Keren banget kan?
Sampah yang dihasilkan manusia telah banyak mencemari lautan. Contoh nyata adalah ikan paus sperma yang mati karena menelan 6 kg sampah. Jenis sampah yang ditemukan yaitu gelas plastik, plastik keras, botol minum, sendal jepit, karung plastik, tali rafia. Manusia sebagai khalifah, seharusnya bisa menjaga lingkungan. justru sebaliknya merusak lingkungan, sesuai dengan firman Allah di surat Ar-rum: 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.
Dengan langkah paling awal mencegah adanya sampah sebagai bentuk berbuat baik pada lingkungan. Memilah sampah, lalu menyerahkannya ke bank sampah. Membuat kompos, membeli makanan dengan wadah sendiri, dsb. Niatkan saja untuk sedekah. Bukankah kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada kita?
Jadi, coba pikir lagi. Apakah repot memilah sampah, mencegah adanya sampah daripada dampak yang ditimbulkan? Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Ikan yang mengkonsumsi sampah, akan merugikan manusia. Sampah tersebut akan balik lagi ke kita.
Yuk, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri. Sedikit demi sedikit, jangan lupa di awali dengan niat baik ya. Selain alasan di atas apakah ada yang terlewatkan? Kalau ada silahkan ditambahkan komen di bawah ya. Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat. ^^
sumber gambar :
mediaindonesia
0 komentar